Tuesday, March 29, 2022

Doktor Muda dari Desa

Setiap manusia telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta akal dan pikiran sebagai pembeda dari makhluk lainnya. Dengan akal dan pikiran tersebut manusia diharapkan mampu memilah antara hal baik dan hal buruk, mampu mempelajari dan mentadabburi setiap ilmu yang ada. Dengan akal dan pikiran tersebut pun, setiap manusia seharusnya dan sepatutnya selalu meningkatkan kualitas diri, bermimpi dan meraih mimpi, selalu belajar dan meningkatkan wawasan dalam segala hal.
Dari sebuah desa kecil di Pasaman Barat, lahirlah seorang anak perempuan yang amat sangat membanggakan dan tentu mengharumkan nama kampungnya. Seorang wanita yang gigih dan tekun dalam mencapai setiap target yang ia buat dalam hidupnya. Seorang wanita yang di usia masih terbilang muda sudah menyelesaikan pendidikan doktornya dan menjadi salah satu pengajar di sebuah Universitas Negeri di Sumatera Barat. 
Pertemuan pertama dengan beliau sangat mengesankan. Memberi motivasi pada banyak orang berdasarkan pengalaman pribadi. Ya, memang pengalaman beliau sangat menginspirasi setiap orang yang mendengarnya baik itu teman sejawat, keluarga, atau orang yang baru bertemu sekalipun.
Menceritakan kisah bagaimana beliau menyelesaikan pendidikan doktoral di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Diawal menginjakkan kaki di kampus tersebut beliau sudah menargetkan apa yang harus dicapai nya, yakni tamat tepat waktu dengan yudisium cumlaude. Menempelkan banyak kertas di setiap sudut kamar kos agar motivasi itu selalu tertanam dalam hati. Dilihat dan di remehkan teman-teman karena menurut mereka target itu terlalu tidak masuk akal bagi mereka.Memang ini terdengar mustahil bagi banyak orang, karena basic pendidikan sebelumnya tidak berhubungan dengan program doktoral yang ditekuni saat itu, meski dengan fokus yang sama yaitu Matematika. Namun dengan ketekunan dan kegigihan yang ada dalam hatinya, beliau berusaha semaksimal mungkin agar itu semua terwujud. Belajar dengan siapa pun yang menurut beliau mumpuni untuk memberikan penjelasan yang dibutuhkannya termasuk pada mahasiswa S1. Itu semua dilakukan tanpa ada rasa minder karena beliau seorang mahasiswa doktoral.
Siapa yang menyangka bahwa berkat usaha dan kegigihannya, hal yang dianggap mustahil oleh orang lain nyatanya mampu diraihkan sesuai apa yang di targetkan. Bahkan beliau menjadi pencetua pertama di universitas tersebut yang meraih cumlaude dan selesai tepat waktu. Dan sekali lagi beliau menekankan bahwa itu semua karena ketekunan, kegigihan, dan misi yang jelas yang harus diselesaikan.
Motivasi lain yang beliau berikan kepada kami berdasarkan pengalaman pribadi ialah saat beliau mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri di negeri lain di Benua Eropa. Saat mendengarnya saja kami terutama aku sangat takjub, ternganga, terwow luar biasa. Bagaimana tidak, berbekal tekad yang kuat dan segala bahan dan artikel yang pernah ditulisnya, beliau melintasi benua bertemu dengan mentor baru yang tentu kualitas kelimuannya tak diragukan lagi.
Bergelar cumlaude dengan semua artikel dan tulisan yang pernah di buatnya namun siapa sangka setiap berkas itu dinilai sampah oleh Profesor yang menjadi mentornya. Namun, hal itu tidak membuatnya kecewa dan runtuh. Justru beliau dengan besar hati mengatakan bahwa beliau ingin belajar dan menjadi lebih baik.
Menjalani revisi, membuat perbaikan, dan presentasi sudah menjadi kegiatannya sehari- hari. Semua kegiatan itu dilakukannya dengan sepenuh hati dan ingin membuktikan bahwa ia mampu menjadi lebih baik dan patut diperhitungkan keberadaannya. Dan benar saja, berkat kegigihan dan kemuan belajar yang tinggi di akhir masa pendidikan tersebut Profesor yang membimbing beliau menawarkan posisi yang menggiurkan di Universitas tersebut. Bagi orang biasa tentu akan dengan mudah menerima tawaran itu dan berpindah mukim ke negeri Eropa itu. Namun tidak bagi seorang Fatia, beliau berpikir jika ia menerima tawaran itu maka yang akan menjadi lebih baik adalah Salamanca. Lalu bagaimana dengan Indonesianya? Apa yang bisa di sumbangsihkannya kalau buka ide dan pemikirannya di dunia pendidikan?
Begitulah ia, menolak tawaran Profesor Salamanca demi menjadi solusi untuk dunia pendidikan Indonesia. 


No comments:

Post a Comment